BUMI KOPASSUS AJARKAN KEDISIPLINAN
Pada umumnya sebuah institusi pendidikan atau di sekolah formal biasanya tidak terlepas dari kegiatan ekstra Kurikuler yang di kenal dengan kegiatan “Kepramukaan”. Bentuk aplikasi nyata dari kegiatan ini adalah diselenggarakannya kegiatan Mukhoyyam atau camping. Kegiatan Mukhoyyam biasanya dilaksanakan setiap setahun sekali dan bertempat di daerah jauh dari keramaian masyarakat dan lumrahnya di lakukan di sebuah hutan rimba nan luas.
Tahun ini pondok pesantren Ibad Ar Rahman sangat berbeda dengan sekolah lainnya dalam memilih tempat perkemahan untuk kegiatan mukhoyyam ini. Ibad Ar Rahman dengan standart sekolah internasional memiliki impian ( visi dan Misi ) mencetak para pemimpin dimasa depan yang mampu membawa perubahan pada zaman. Disinilah muncul sebuah ide dan gagasan kami untuk memilih tempat strategis dan edukatif untuk santri-santri menempa ilmu kepemimpinan dan kedisiplinan yaitu di “Bumi Perkemahan Group 1 Kopassus serang”. Dengan harapan santri-santri Ibad Ar Rahman dapat mengeyam ilmu kedisiplinan layaknya para tentara yang tinggal di Kopassus.
Kenyataannya memang sesuai dengan harapan namun jauh dari dugaan, santri-santri ibad Ar rahman begitu semangat berdisiplin akan tetapi imbasnya kamipun juga sebagai pendamping ikut dipantau dan diawasi oleh anggota Kopassus. Sekali melanggar disiplin maka hukuman akan berlaku kepada siapapun termasuk kami sebagai pendamping. Sikap main-main dan santai seakan sirna ditempat ini hanyalah sigap dan siap yang selalu ada dalam fikiran kami dan santri-santri.
“Masuk Kucing Keluar Macan“. Inilah slogan mereka anggota kopassus yang dimaksudkan untuk siapapun yang masuk ke Bumi Kopassus target mereka harus mengeluarkan macan pemimpin umat yang anti mati karat. Kalimat inilah yang selalu terngiang ditelinga kami acapkali pelatih dari kopassus menghakimi santri-santri yang melanggar disiplin.
Di hari pertama, selasa tanggal 05 Mei 2015 kami (para pendamping) disambut dengan bentakan keras dari salah satu anggota Kopassus yang juga melatih santri-santri. Mereka mengira kami Pembina pramuka santri yang melatih setiap hari di pondok. Setelah di jelaskan barulah mereka paham jika kami hanyalah ustadz-ustadz pendamping yang siap membantu kopassus menjaga dan memantau santri-santri. Alasan mereka membentak kami dikarenakan kami lupa jumlah santri dan mereka khawatir bila mereka tidak tahu secara pasti jumlah santri yang kami bawa. Juga mereka menghindari terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan maka akan berurusan dengan pihak hukum.
Begitupun juga dengan santri, mereka diperintahkan oleh kopassus mendirikan tenda dengan durasi waktu yang sangat cepat dengan pendirian tenda yang bagus dan terarah satu sama lainnya. Jika tidak, maka tenda akan di bongkar dan pemimipin regu akan mendapat hukuman. Dengan sigap santri berhamburan ke setiap tempat membuat team kuat untuk mendirikan tenda dengan cepat.
Di hari kedua, santri-santri menjalani kegiatan seperti biasanya mengikuti Rundown Kegiatan yang sudah kami buat dan menyesuaikan dengan kegiatan kopassus. Santri-santri tetap semangat mengikutinya serta menikmati meski rasa capek dan kantuk tak jemu-jemu menghilang dari mereka. Kadang kami meresa kasihan dan iba melihat mereka. Namun, kami sadar inilah sebuah pendidikan yang kelak akan melahirkan generasi bermental baja yang memiliki kepribadian luhur dan berakhlak Alquran.
Di hari terakhir menjelang subuh, tepatnya pada pukul 02.00 mereka dikagetkan dengan teriakan keras yang datang dari pelatih Kopassus di sertai suara motor mengaung-ngaung memenuhi lapangan tenda. Semua santri terkejut langsung bergegas diri dan merobohkan tenda masin-masing sesuai instruksi pelatih kopassus. Mereka layaknya ingin menjalani evakuasi kesuatu tempat yang lebih aman karena tempat di kopassus sudah tidak aman lagi sebab ada bencana Tsunami. Bapak Ribut dan pak Slamet (pelatih dari kopassus) sengaja membangungkan mereka untuk pindah kemasjid agar mereka melaksanakan sholat tahajud. Akhirnya kami dan santri-santri kembali ke pondok lagi dengan keadaan tenang, aman dan semua perlengkapan yang dimiliki sudah dipersiapkan malamnya saat evakuasi.
Semoga pengalaman yang mereka dapatkan di bumi Kopassus bermanfaat untuk masa depan mereka. Amien. (ma)