KEGIATAN MUKHOYYAM SANTRIWATI 2015
Pada pukul Sembilan pagi lewat lima belas menit, tibalah santriwati di Bumi Perkemahan Grup 1 Kopassus Serang. Dengan komando dari Pembina Pramuka Kopassus, para santriwati dengan cekatan menurunkan perlengkapan. Setelah selesai, mereka langsung diarahkan untuk berbaris dan menghitung jumlah anggota per regu di barisannya masing-masing. Dengan langkah gagah dan sigap, para santriwati berjalan menuju lokasi perkemahan yang berada dekat danau.
Sesampainya di tempat lokasi, para santriwati langsung diperintahkan oleh anggota Kopassus untuk mendirikan tenda dalam batas waktu yang sudah ditentukan. Selesai mendirikan tenda, para santriwati diperintahkan kembali untuk membersihkan sampah berupa daun dan ranting kering disekitar tenda yang mereka dirikan.
Dirasa cukup bersih, Pak Grrot salah satu anggota Kopassus langsung memerintahkan berkumpul diluar tenda untuk mendengarkan beberapa arahan. Dengan wajah bermandikan peluh, para santriwati sangat semangat mendengarkannya. Walaupun yang membimbing dari anggota Kopassus yang notabene galak dan sangar, tapi sesekali anggota Kopassus memberikan lawakan dalam menyampaikan arahannya sehingga suasana tidak begitu tegang.
Tepat pukul sebelas siang, para santriwati diistirahatkan untuk persiapan sholat dan makan siang. ada kejadian yang sangat lucu ketika mereka kembali dari Musholla setelah sholat Dzuhur. Pak Ribut yang salah satu anggota Kopassus juga, melihat para santri yang tidak rapi dalam berjalan, langsung memerintahkan untuk berbaris. Dengan muka yang galak, Pak Ribut memeriksa satu persatu santriwati. Dan sampai kepada santriwati yang membawa Roti, Pak Ribut langsung mengintrogasinya bahwa dilarang bawa makanan atau jajan karena saat itu tugas para santriwati adalah untuk sholat Dzuhur. Sebagai anggota pramuka, tidak boleh seorang anggota pramuka makan sendirian tanpa berbagi. Akhirnya sebagai hukuman, Pak Ribut memerintahkan kepada Pembina Pramuka untuk membuka mulut dan menjulurkan lidahnya. Setelah itu, Pak Ribut memerintahkan kembali untuk menaruh potongan roti didalam lidah mereka dan roti tersebut tidak boleh tertelan.
Pukul satu siang, para santriwati sudah berkumpul dilapangan untuk melakukan Glady Kotor upacara pembukaan. Setelah siap, upacara pembukaan pun dimulai dengan khidmat.
Setelah sholat Ashar, para santriwati berkumpul kembali ke lapangan untuk mendapatkan arahan dan materi dari Pak Ribut. Dengan nada tegas dan sesekali mengeluarkan beberapa guyonan, para santriwati sangat antusias menyimaknya.
Saatnya jejak malam. Itulah yang ditunggu-tunggu oleh para santriwati. Mereka dibangunkan pada pukul dua belas malam. Dengan muka yang masih menahan kantuk, mereka diperintahkan untuk segera berkumpul dilapangan dengan pakaian pramuka lengkap. Masing-masing grup di arahkan oleh pembina pramuka menuju pos-pos yang sudah ditentukan. Dengan cahaya bulan yang menerangi jalan, mereka berjalan beriringan mengikuti ketua grup yang berjalan didepan. Tiap pos sudah mereka lewati. Tibalah mereka pada pos ke empat, disana mereka harus mencari kelereng di dalam teko plastic yang didalamnya sudah ada campuran terasi, telur dan tepung. Dengan wajah menyeringai menahan bau terasi, mereka satu persatu mengaduk isi teko tersebut untuk mencari kelereng. Setelah selesai, mereka dilarang untuk membersihkan tangan mereka dan harus melanjutkan perjalanan menuju pos berikutnya. Sampailah mereka di pos terakhir. Perasaan senang, capek, haus dan bau terasi yang sepanjang jalan menemaninya, mereka langsung duduk untuk menunggu grup lain yang belum tiba di tempat finish. Sudah setengah jam mereka menunggu karena ada satu grup yang masih belum sampai karena kesasar. Akhirnya grup yang kesasar pun muncul dan semua santriwati bergegas untuk kembali ke tempat kemah. Sampai ditempat kemah, pak Ribut langsung memerintahkan untuk berbaris dan masuk ke tenda masing-masing tanpa mencuci tangan yang sudah belepotan oleh terasi itu. Begitulah, malam tanggal Lima Mei Dua Ribu Lima Belas, malam yang sangat berkesan, berkesan bau terasi.
Pagi hari setelah mandi dan sarapan, para santriwati dengan berseragam pramuka lengkap sudah berkumpul kembali di lapangan untuk melaksanakan Apel Pagi. Selesai Apel Pagi, acara dilanjutkan dengan Games. Dengan riang para santriwati bergantian menunjukkan keahlian di setiap grupnya. Ada yang menyanyi dan adapula yang menunjukkan yel yel unik mereka.
Siiap.. Grak..! Suara lantang Pak Ribut membekukan derap langkah para santriwati yang sudah sampai di tepi danau. Masing-masing grup diperintahkan untuk segera berbaris untuk bersiap-siap menunggu giliran menaiki perahu karet. Grup satu mulai memakai rompi dan satu per satu menaiki perahu karet. Dengan dayung ditangan mereka, pak Ribut mulai memberi perintah untuk mendayung. Karena mereka belum terbiasa mendayung, walaupun sudah diberi aba-aba, tetap saja mereka kesulitan sehingga arah perahu tidak menentu. Tapi lama-lama merekapun terbiasa dan dapat mengendalikan arah perahu. Perahu sudah berada ditengah danau, dan Pak Ribut memerintahkan untuk memutar haluan perahu. Ketika perahu sudah hampir setengah perjalanan menuju tepi, Pak Ribut memerintahkan untuk terjun dan para santriwati harus berenang sampai ke tepi. Sontak saja sebagian santriwati histeris karena sebagian dari mereka belum pandai berenang. Tapi karena dipaksa untuk terjun ke air, akhirnya satu persatu bersusah payah berenang untuk sampai ke tepi danau.
Tanggal tujuh Mei dua ribu lima belas tepat pukul satu pagi, para santriwati dikejutkan oleh suara sirene motor Pak Ribut. Dengan lantang Pak Ribut memerintahkan untuk segera mengevakuasi tempat berkemah karena sebentar lagi ada bencana alam datang. Dengan wajah yang masih kusut dan terseok-seok, para santriwati bergegas membongkar tenda dan merapikan peralatan yang harus dibawa. Satu persatu mereka sudah berkumpul dilapangan. Selanjutnya, para santriwati diperintahkan untuk mengikuti petunjuk evakuasi yang diarahkan oleh pembina. Kira-kira setengah jam mereka berjalan dengan mata yang masih mengantuk, akhirnya tibalah mereka di lapangan sepakbola. Disana mereka dikumpulkan dan duduk bersama. Pak Ribut mulai memberikan arahan dan materi kepada para santriwati. Setelah selesai, acara dilanjutkan dengan renungan malam. Sekitar pukul tiga lebih lima belas menit, para santriwati diperintahkan kembali ke lokasi tempat kemah. Sesampainya dilokasi, para santriwati diperintahkan untuk tidur dilapangan. Dengan beralaskan terpal, mereka langsung bergeletakan di atas terpal karena sudah tidak kuat menahan rasa kantuk. Adzan subuh sudah mulai berkumandang, para santriwati bergegas untuk mandi dan melaksanakan sholat subuh.
Para santriwati sudah berbaris rapi disekitar tiang bendera untuk melaksanakan Upacara Penutupan. Pagi ini, dengan didampingi oleh Pak Grrot, upacara penutupan sudah selesai dilaksanakan. Para santriwati yang sudah tidak sabar untuk berfoto bersama, terlihat berebutan menghampiri para Pembina dan Anggota Kopassus. Dengan penuh senyum dan gaya narsisnya, mereka sepertinya sangan senang sekali bisa berfoto bersama. Setelah bersalaman satu sama lain, para santriwati pun bersiap-siap untuk kembali pulang ke Pondok. (is)